Masa Remaja Sebagai Periode yang Penting.
Ada periode yang penting karena akibat fisik dan ada lagi karena akibat psikologis. Pada periode remaja, kedua-keduanya sama-sama penting.
Dalam membahas akibat fisik pada masa remaja, Tanner mengatakan (156) : Bagi sebagian besar anak muda, usia antara dua belas dan enam belas tahun merupakan tahun kehidupan yang penuh kejadian sepanjang menyangkut pertumbuhan dan perkembangan. Tak dapat disangkal, selama kehidupan janin dan tahun pertama atau kegua seletah kelahiran, perkembangan berlangsung semakin cepat, dan lingkungan yang baik semakin lebih menentukan, tetapi yang bersangkutan sendiri bukanlah remaja yang memperhatikan perkembangan atau kurangnya perkembangan dengan kagum, senang dan takut.
Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang cepat, terutama pada awal masa remaja. Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru.
Masa remaja sebagai periode peralihan.
Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang telah terjadi sebelumnya, melainkan lebih-lebih sebuah peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap berikutnya. Artinya, apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan dating. Bila anak-anak beralih dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, anak-anak harus “meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan” dan juga harus mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan perilaku dan sikap yang sudah ditinggalkan.
Seperti dijelaskan oleh Osterrieth, “Struktur psikis anak remaja berasal dari masa kanak-kanak, dan banyak ciri yang umumnya dianggap sebagai cirri khas masa remaja sudah ada pada akhir masa kanak-kanak” (118).
Dalam setiap periode peralihan, status individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini, remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa. Di lain pihak, status remaja yang tidak jelas ini juga menguntungkan karena status memberi waktu kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya (158).
Masa remaja sebagai periode perubahan
Ada lima perubahan yang sama yang hampir bersifat universal. Pertama, meningginya emosi, yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Kedua, Perubahan tubuh. Ketiga, perubahan minat dan peran. Bagi remaja muda, masalah baru yang timbul tempaknya lebih banyak dan lebih sulit diselesaikan dibandingkan masalah yang dihadapi sebelumnya. Remaja akan tetap merasa ditimbuni masalah, sampai ia sendiri menyelesaikannya menurut kepuasannya. Keempat, dengan berubahnya minat dan pola perilaku, maka nilai-nilai juga berubah. Apa yang pada masa kanak-kanak di anggap penting, sekarang setelah hamper dewasa tidak penting lagi. Kelima, Sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Mereka menginginkan dan menuntut kebebasan, tetapi mereka sering takut bertanggungjawab akan akibatnya dan meragukan kemampuan mereka untuk dapat mengatasi tanggungjawab tersebut.
Masa remaja sebagai usia bermasalah
Setiap periode mempunyai masalah sendiri-sendiri, namum masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Terdapat dua alasan bagi kesulitan itu, yaitu pertama, sepanjang masaa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua, karena para remaja merasa diri mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru-guru. Karena ketidakmampuan mengatasi masalahnya sendiri menurut cara yang mereka yakini, banyak remaja akhirnya menemukan bahwa penyelesaiannya tidak selalu sesuai dengan harapan mereka. Seperti dijelaskan oleh Anna Freud, “Banyak kegagalan, yang seringkali disertai akibat yang tragis, bukan karena ketidakmampuan individu tetapi karena kenyataan bahwa tuntutan yang diajukan kepadanya justru pada saat semua tenaganya telah dihabiskan untuk mencoba mengatasi masalah pokok yang disebabkan oleh pertumbuhan dan perkembangan seksual yang normal” (50)
Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas dengan menjadi sama dengan teman-teman dalam segala hal, seperti sebelumnya. Seperti dijelaskan oleh Erikson (42); “Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya dalam masyarakat. Apakah ia seorang anak atau seorang dewasa? Apakah nantinya ia dapat menjadi seorang suami atau ayah? ….Apakah ia mampu percaya diri sekalipun latar belakang ras atau agama atau nasionalnya membuat beberapa orang merendahkannya? Secara keseluruhan, apakah ia akan berhasil atau akan gagal?“.
Erikson selanjutnya menjelaskan bagaimana pencarian identitas ini mempengaruhi perilaku remaja (42): “Dalam usaha mencari perasaan kesinambungan dan kesamaan yang baru, para remaja harus memperjuangkan kembali perjuangan tahun-tahun lalu, meskipun untuk melakukannya mereka harus menunjuk secara artificial orang-orang yang baik hati untuk berperan sebagai musuh; dan mereka selalu siap untuk mnempatkan idola dan ideal mereka sebagai pembimbing dalam mencapai identitas akhir. Identifikasi yang sekarang terjadi dalam bentuk identitas ego adalah lebih dari sekedar penjumlahan identifikasi masa kanak-kanak”.
Salah satu cara untuk mencoba mengangkat diri sendiri sebagai individu adalah dengan menggunakan symbol status dalam bentuk mobil, pakaian dan pemilikan barang-barang lain yang mudah terlihat. Dengan cara ini, remaja menarik perhatian pada diri sendiri dan agar dipandang sebagai individu, sementara pada saat yang sama ia mempertahankan identitas dirinya terhadap kelompok sebaya.
Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan.
Anggapan Stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapi, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja muda takut bertanggungjawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.
Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik.
Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca berwarna merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan teman-temannya, menyebabkan meningginya emosi yang merupakan cirri dari awal masa remaja. Semakin tidak realistik cita-citanya semakin ia menjadi marah. Remaja akan sakit hati atau kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkannya sendiri (135).
Bila telah mencapai usia dewasa ia merasa bahwa periode remaja lebih bahagia daripada masa dewasanya, bersama dengan tuntutan dan tanggungjawabya, terdapat kecenderungan untuk mengagungkan masa remaja dan kecenderungan untuk merasa bahwa masa bebas yang penuh bahagia telah hilang selamanya (75).
Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hamper dewasa. Berpakaian an bertindak seperti orang dewasa ternyata belumlah cukup. Oleh karena itu, remaja muai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa, yaitu merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan, dan terlibat dalam perbuatan seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan.
Sementara itu, pendapat lain mengenai ciri-ciri masa remaja atau masa-masa awal dan remaja akhir adalah sebagai berikut:
4. Ciri-ciri Remaja Awal
Apabila usia anak sudah mencapai 12 / 13 tahun, maka ia telah mulai menginjak suatu masa kehdupan yang dinamakan masa remaja awal. Usia tersebut adalah usia siswa-siswi atau pelajar setingkat Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SLTP). Berikut ini ciri-ciri masa remaja awal, yang erat kaitannya dengan pembahasan dalam bab ini.
a. Ketidakstabilan keadaan perasaan dan emosi
Granville Stanley Hall menyebut masa in sebagai perasaan yang sangat peka; remaja mengalami badai dan topan dalam kehidupan perasaan dan emosinya. Tidak aneh lagi bagi orang yang mengerti kalau melihat sikap dan sifat remaja yang sesekali bergairah dalam bekerja tiba-tiba berganti lesu, kegembiraan yang meledak-ledak bertukar rasa sedih yang sangat, rasa yakin diri berganti rasa ragu diri yang berlebihan. Termasuk dalam cirri ini adalah ketidaktentuan cita-cita. Soal lanjutan pendidikan dan lapangan kerja tidak dapat direncanakan dan ditentukannya. Lebih-lebih dalam persahabatan dan “cinta”, rasa bersahabat sering bertukar menjadi senang, ketertarikan pada lain jenis suka “loncat-loncatan” atau ” cinta monyet”.
b. Sikap dan Moral mulai menonjol
Organ-organ seks yang telah matang menyebabkan remaja mendekati lawan seks. Ada dorongan-dorongan seks dan kecenderungan memenuhi dorongan itu, sehingga kadang-kadang dinilai masyarakat tidak sopan. Tambahan pula, ada keberanian dalam pergaulan dan “menyerempet” bahaya.
c. Kecerdasan dan kemampuan mental mulai sempurna
Menurut Alfred Binet, salah seorang pelopor mental tes berbangsa Perancis, bahwa pada usia 12 tahun, kemampuan anak untuk mengerti informasi abstrak, baru sempurna. Dan kesempurnaan mengambil kesimpulan dan informasi abstrak dimulai pada usia 14 tahun. Akibatnya, remaja awal suka menolak hal-hal yang tidak masuk akal. Penantangan pendapat sering terjadi dengan orang tua, guru, atau orang dewasa lainnya jika mereka (remaja) mendapat pemaksanaan menrima pendapat tanpa alas an rasional. Tetapi dengan alasan yang masuk akal, remaja juga cenderung mengikuti pemikiran orang dewasa.
d. Status remaja awal sangat sulit ditentukan.
Status remaja awal tidak saja sulit ditentukan bahkan membingungkan. Perlakuan yang diberikan oleh orang dewasa terhadap remaja awal sering berganti-ganti. Ada keraguan orang dewasa untuk memberi tanggungjawab kepada remaja dengan dalih “mereka masih kanak-kanak”. Tetapi pada lain kesempatan, si remaja awal sering mendapat teguran sebagai “orang yang sudah besar” jika remaja awal bertingkah-laku yang kekanak-kanakan. Akibatnya, si remaja awal mendapat sumber kebingungan dan menambah masalahnya.
e. Masa remaja awal banyak masalah yang dihadapinya.
Di samping kondisi-kondisi di atas, sebab-sebab lainnya yang menimbulkan remaja bermasalah adalah sifat emosional remaja awal. Kemampuan berpikir lebih dikuasai oleh emosionalitasnya sehingga kurang ammpu mengadakan consensus atau kesepakatan dengan pendapat orang lain yang bertentangan dengan pendapatnya, sehingga masalah yang timbul adakan pertentangan sosial.
f. Masa remaja awal adalah masa yang kritis.
Dikatakan kritis sebab dalam masa ini remaja akan dihadapkan dengan soal apakah ia dapat menghadapi dan memecahkan masalahnya atau tidak.
Judul kelima : tips dalam memahami remaja
1. Buatlah batas yang jelas antara peran anda sebagai orang tua dan sebagai teman
Selain menjadi ayah atau ibu bagi anak-anak, Anda juga bisa menjadi teman bagi mereka. Namun terkadang Anda perlu membedakan kedua peran tersebut ; menjadi orang tua dan pada saat yang sama menjadi teman mereka. Seorang teman, akan memiliki kecenderungan untuk menghakimi ketika anak - anak menceritakan masalah mereka. Sedangkan sebagai orang tua, Anda tidak bisa melakukan ini karena Anda sayang dan peduli kepada mereka. Seorang teman yang baik bisa ditemukan di mana saja, akan tetapi orang tua yang baik merupakan komoditas yang semakin langka.
2. Tunjukkan keterlibatan anda
Merasa terlalu dikendalikan pekerjaan dan jarang menghabiskan waktu dengan anak-anak Anda ? Mungkin sekarang saatnya untuk terlibat dalam kehidupan mereka. Terlibat disini artinya anda menghabiskan waktu bersama mereka setiap kali Anda memiliki waktu luang. Cobalah mencari informasi mengenai kehidupan Anak anda, pikiran dan perasaan mereka sehingga mereka akan dengan mudah merasa nyaman untuk mendatangi Anda ketika sedang dalam masalah.
3. Didiklah mereka agar menjadi seseorang yang bertanggung jawab
Sebagai orang tua, Anda bertanggung jawab dalam menyiapkan anak Anda untuk menghadapi kehidupan mereka ketika beranjak dewasa nanti. Ajarilah mereka, bahwa apabila mereka menginginkan sesuatu, harus berusaha sekuat-kuatnya untuk meraihnya. Uang bukanlah hal yang terpenting, akan tetapi tanggung jawab dan kemandirianlah yang harus mereka pahami. Berikan mereka upah untuk pekerjaan yang mereka lakukan, akan tetapi jangan memberikan mereka imbalan jika mereka tidak mengerjakan tugasnya.
4. Dengarkan mereka
Sebagai orangtua, adalah tugas Anda untuk mendengarkan dan memahami apa yang anak Anda inginkan. Sebisa mungkin jangan hakimi mereka, bahkan ketika mereka bertengkar atau tidak menghormati Anda. Cobalah untuk mengerti pesan yang mereka coba sampaikan, karena bukan tidak mungkin mereka hanya sedang butuh bantuan anda.
5. Jelaskan posisi anda
Dengan membiarkan mereka tahu alasan atas keputusan-keputusan yang Anda ambil, Anda sedang membantu anak Anda untuk menjadi pengambil keputusan yang baik bagi diri mereka sendiri. Jika Anda ingin anak-anak berada di rumah pada waktu tertentu, beritahu mereka bahwa itu karena Anda mengkhawatirkan keselamatan mereka. Bahkan ketika mereka tidak setuju dengan keputusan Anda, mereka akan menerimanya ketika mereka dewasa nanti.
6. Selalu ada untuk mereka
Hal yang paling penting dalam menjadi orang tua yang baik adalah membuat anak anak mengerti bahwa Anda selalu ada untuk mereka. Memberikan dukungan, dan memberitahu mereka bahwa Anda selalu berada di belakang mereka sangatlah penting untuk perkembangan anak.
7. Ikutilah perkembangan mereka
Mengetahui dan mendengarkan jenis musik yang mereka sukai, memahami aktifvtas yang mereka kerjakan, dan mengetahui nama-nama teman mereka adalah tanggung jawab Anda.
8. Fleksibel
Memang penting untuk menetapkan aturan, namun selalu ada pengecualian dan ada kalanya Anda harus melonggarkan aturan yang sudah Anda buat sendiri.
9. Memiliki kesenangan yang sama
Memiliki kesenangan yang sama dengan anak anak berarti Anda memahami mereka lebih baik. Hal ini juga berarti Anda belajar bersama dan berbagi pengalaman dengan mereka. Anda harus memiliki keterkaitan dengan anak - anak, dan bukannya bertengkar mengenai hal-hal sepele seperti siapa yang harus memegang kunci mobil.
10. Tetaplah bicara meski tidak didengarkan
Anda mungkin tidak tahu, tapi anak remaja benar-benar mendengarkan apa yang orang tua mereka katakan. Meskipun terkadang anak-anak bertengkar dengan Anda, saran-saran yang Anda berikan mengakar dengan baik dalam pikiran mereka. Kelihatannya memang mereka pasif dengan apa yang Anda katakan, tapi bukanlah itu masalahnya, yang penting adalah nasihat itu menempel di pikiran mereka. Jadi, jangan pernah berhenti memberi mereka saran.
Ikutilah 10 tips ini dalam memahami anak-anak dan Anda semakin dekat untuk menjadi orang tua yang sukses.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar